Put Me Down

Wednesday, May 12, 2004

NASIONALISME BANGKIT!

Malam ini seluruh Indonesia bersatu padu! Di bawah panji olahraga bulu tangkis, semua padu. Tidak ada anti-TNI, tidak ada ribut-ribut dana SUP 005 buat usaha kecil menengah, ngga ada ribut calon presiden, koalisi kanan-kiri, bom, setan belang, dan sebagainya.

Menurut saya politic is sucks! Sports pasti ok. Karena bisa menyatukan segalanya. Sama halnya dengan musik dan hal-hal pemersatu lainnya.

Hebat sekali perjuangan srikandi bulu tangkis kita. Jungkir balik, jatuh bergulingan, bertabrakan demi satu poin untuk Indonesia tercinta. Indonesia yang bersih. Untuk kembali meraih martabat lewat tetes keringat dan perjuangan mereka. Untuk kembali meraih kebanggaan sebagai warga negara Indonesia! Untuk kembali berjalan dengan mata tatap mata, dengan sebuah kebanggaan. Berusaha keluar dari status sebagai bangsa yang kacangan! Mari ukir prestasi! Demi kita semua!

Lihat dan dengan riuh rendah sorak penonton di Istora Senayan, Jakarta. Bukankah itu sesuatu yang membanggakan. Saya pribadi sampai menitikkan air mata dan larut dalam emosi sejuta setiap kali menyaksikan putra-putri terbaik bangsa ini berlaga di ajang olahraga bulu tangkis dunia. Hebat!!! Apapun hasilnya, Salut!!!

Suatu malam di Klaten, tahun 1994 (?) semua rumah menyalakan televisi dan menonton pertandingan bulu tangkis. Semua teriak. Memberi semangat. Saya kira seluruh Indonesia saat ini juga berteriak, berdoa, tanpa dikomando. Karena kita satu hati, satu tujuan, satu tekad, satu kata. Bukankah itu indah???

Apakah politik sanggup menghasilkan efek sebesar itu???

Wednesday, May 05, 2004

JOGJA STORY PART I

Buat: Yang terhormat Yohanes Hartadi

Oh, ya? Jadi nasib kita sama dong. Sejak SD saya sudah jualan mie dan kadang ider sama nitip makanan kulakan (Mungkin kayak cerpen atau novel ya, tapi itu kenyataannya). Tapi Yo tentu saja tidak penah ngrasain dikompas orang sama diludahi mukanya kan? Saya pernah.
Susah memang jadi orang miskin, punya duit banyak
dikira maling, punya duit sedikit kepengen apa-apa.

Tapi Yo juga gak pernah bangun subuh jam 02.30 pagi
untuk belanja di Beringhardjo buat buka warung kan.
Terus tutup warung dan itung-itung laba sampe jam 23 malem kan? Saya melakukannya sejak SD kelas 4 hingga SMA kelas 2.

Soalnya dengan jalan itu kami bisa makan.
Saat yang lain sibuk belajar dan menyelesaikan masa
remajanya, saya hanya bisa belanja, masak, dan jualan.
Tentu saja saya tidak tumbuh menjadi si terpelajar.
Dan saya tidak menyesalinya, karena saya diajarkan
untuk ubet nggolek dhuwit.

Oh iya waktu Kuliah? Pernah enggak, Yo dateng ke pesta-pesta nikahan waktu kuliah. Untungnya saya tidak melihat anak-anak USD di pesta-pesta tersebut. Saya ikut borongan laden saat ada pesta nikahan di Jogja (istilahnya Sinoman) itupun dengan persaingan ketat.
Kostumnya celana item, baju putih dan peci item. Sistemnya borongan dengan sekali tampil berhonor 15 ribu. Saya berterima kasih dengan pemuda kampung saya yang mengajak saya menjadi laden.

Maaf kepada teman-teman semuanya yang selalu marah
setiap kali saya hilang duluan dari kampus, khususnya
angkatan 94. Saya tidak terus terang dengan satu hal
kerjaan ini.

Bangga lho, Yo bisa sekolah lagi bahkan di luwarnegeri. Prospek ke depan Yo pasti bagus. Soalnya beda dengan saya yang harus kembali kerja lagi dan gak punya kesempatan membalas dendam mendapatkan kembali waktu saya yang hilang sejak kecil. Tapi ya itu tadi Yo.. "Nrimo Ing Pandhum". Saya berterima kasih diberi kesempatan sejak kecil berkeliaran di Bringhardjo, sebab saat ini saya ubet nggolek dhuwit. Juga menjadi
laden (idep-idep mangan gratis). Kasarane dadi calo ya diangkaaaaaaaaaat....

Maafkan saya, sukses buat kamu....

NB: Buat Pipin, tentang kobis dan lombok kita, itu
cerita yang benar. Karena Bringhardjo-lah saya dengan
bercanda menyebut kamu sebagai bakul kobis dan lombok berjarik merek Dolce Gabbana.

Tentang tukang becak, tidak pernah terlintas sebagai kerjaan untuk saya ambil. Soalnya susah banget cara mengemudikannya. Dulu waktu nyari tebu, saya dan teman-teman ngembat becak depan rumah. Abot juga lho nyetangi-nya he-he-he-he.
Sukses juga buat Pipin.


Ignatius Suryadi (Nama beken Klemin S),-
Kelahiran Godean, Kring Sendang Arum,
Belakang Gunung So
(Satu Klub dengan Glempong dan Hoho).

Monday, May 03, 2004

YANG TERINDAH

Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung.

"Untuk apa," tanya sang ayah.
"Untuk kado, mau kasih hadiah," jawab si kecil.
"Jangan dibuang-buang ya," pesan si ayah, sambil memberikan satu
gulungan kecil.

Persis pada hari raya, pagi-pagi si cilik sudah bangun dan membangunkan ayahnya, "Pa, Pa, ada hadiah untuk Papa."
Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek, menjawab, "Sudahlah nanti saja."
Tetapi, si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa sudah siang."
"Ah, kamu gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin papa."

Sekilas, ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya.
"Hadiah apa nih?"
"Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang."

Sang ayah pun membuka bingkisan itu.
Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong.

Tidak berisi apa pun juga. "Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya kok
kosong. Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal?"
Si kecil menjawab, "Nggak Pa, enggak kosong. Tadi Putri masukin begitu
banyak ciuman untuk Papa."

Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya.
"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu
menyimpan boks ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau
perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya!"

Boks kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak
memiliki nilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang
begitu tinggi.

Apa yang terjadi ?

Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang
ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang
lain akan tetap menganggapnya kotak kosong. Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain.

Kosong dan penuh dua-duanya merupakan produk dari "pikiran" anda
sendiri. Sebagaimana anda memandangi hidup, demikianlah kehidupan anda.

Hidup menjadi berarti, bermakna, karena anda memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya.

Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong....

ANOTHER SUNYI

Aku merubung sunyi
melihatnya dengan akrab
dan bercanda dengannya

aku merubung sunyi
mencumbuinya
bersetubuh dengannya

lalu sunyi hamil
sepi pun lahir
menggeser buncah
hening yang rupawan

sepi merangkak
dalam separuh kehidupan
dia telah berjalan

aku cinta kau
sunyi...
dalam kesenyapan yang mencengkeram

SUNYI

Perlahan sepi berpamit
tanpa mengusik debu dia beringsut pergi
menutup perlahan pintu
berjingkat keluar
lalu berlari kepada sunyi
dan menangis di pundaknya

mengapa kelam meninggalkan aku
mengapa gelap tak lagi bersatu
mengapa hitam tak memandangku lagi
aku benar-benar terlempar ke kesenyapan
dalam dingin sumur tak berdasar

aku nanar
seperti tersasar
semua hambar
lalu binarku pudar
perlahan
perlahan
menitik jauh
dalam legam yang lain
yang asing...

INDONESIA, BANGSA YANG TERJAJAH

KASIHAN ya negeri kita ini. Selalu menjadi bangsa yang diperbudak, dijajah, dan dikeruk habis-habisan kekayaannya tanpa bisa melakukan perlawanan. Meski demikian, kita tetap diam saja. Santai, no problemo. Kenapa?

HUTAN kita habis dibabat. Orang Indon "bodoh"! Kita ambil kayu mereka, mereka diam saja, (pura-pura) tak tahu.

IKAN di perairan kita, apalagi. Jangankan ikan yang harus diuber dulu, pasir laut atau tepatnya pulau pun habis digeruk! Diklaim, diserobot, dan sebagainya.

TENAGA kerja kita di luar negeri juga diembat abis-abisan. Tanpa ada proses hukum yang dapat menyeret pelakunya (karena aku tidak dengar atau aku yang kuper?). Disiksa, DIPERKOSA, bahkan sampai dibunuh! Padahal, katanya, mereka adalah pahlawan-pahlawan penghasil devisa bagi negara.

MARAKNYA pornografi (asyik...). Sebuah bentuk penjajahan terhadap moralitas anak-anak bangsa, yang katanya aset nasional, penerus bangsa (masak iya he-he...). Di Glodok VCD porno kemarin diobral 10.000 dapet empat! Mereka uda kalah bersaing dengan hadirnya DVD porno yang lebih jernih gambarnya dengan lenguhan suara lebih yahut dan dengan goyangan yang lebih maut keluaran tahun terakhir (aku kan juga pernah beli he he...)! Harganya, hmmm.. jangan tanya... murah meriah euy...!

YANG terakhir, tapi bukan yang paling akhir, adalah tinta pemilu. Waduh... bisa ngakibatin kangker!!! syereeeemm.. huiii.... Kok bisa sampai lolos ya? Lupa, enggan, ngga mau (sebodo teing), apa ngga tahu? Emang kita ngga bakal bisa sih ngecekin satu-satu botolan tinta dari India itu.., tapi... gimana ya? Bayangin kalo yang pada nyoblos kejet-kejet trus mati semua? Siapa yang akan ikut pemilu presiden?
Apakah kita akan mengguggat perusahaan tersebut sekalian negaranya?

MASA sih negara tetangga yang penadah koruptor Indonesia yang lari dan pencuri hasil bumi kita aja bisa berdalih segala macam (termasuk menolak perjanjian ekstradisi dll)? Kenapa kita ngga berani "mengganyang" mereka dengan cara yang elegan?

BEBERAPA contoh di atas hanya beberapa saja yang membuat bangsa kita ini seperti bangsa banci. Kasihan ya kita. Hanya berani "rame" di rumah sendiri, keluar? Eit, tunggu dulu....

Saturday, May 01, 2004

I LOVE MAY!

AKU cinta bulan Mei!!!! Dalam bulan inilah ibuku berbaring di rumah sakit, bersiap melahirkan seorang aku ke dunia yang indah. Dan 27 hari lagi, nyaris 29 tahun yang lalu, tangisku memecah, mengoyak bumi.

PARA malaikat pun bernyanyi riang. Ayahku bersorak karena lelaki ku karena pertama nya. Ibu bersyukur. Tangisku tangis kebahagiaan. Di saat bulan merekahkan keteguhannya.

I JUST LOVE MY LIFE!!!!

OH BURUHKU...

HIDUP buruh!! Yang selalu di bawah! Yang selalu nomor sekian. Yang selalu ditempeli banyak cap. Yang selalu diapain aja deh.... Selamat hari jadi, semoga selalu memperoleh pencerahan.

SELAMAT kuucapkan bagi semua mulai barat ke timur. Selamat semua bagi para pekerja di kolong jagat ini. Semoga damai sejahtera turun kepada kita semua.

SAYA seorang buruh juga. Seorang pekerja. Jadi jangan pernah mengeluh tentang hal-hal yang tidak esensial. Percuma. Buang energi saja.

MARI menjadikan segala sesuatunya baik untuk kita semua. Tanpa ada pembedaan. Dan juga jangan mencari perbedaan. Hiduplah untuk lebih mencintai hidup ini dan membangun dunia ke arah kebersamaan yang manis.

INDONESIA, NEGARA DAN MANUSIA ANEH

INDONESIA itu negara yang permai. Penuh dengan berjuta keindahan. Menyenangkan hidup di negara seperti ini. Tapi itu dulu. Sekarang aku sedih. Indonesia berantakan. Saling sikut. Saling bunuh. Saling mengingkari. Saling menjatuhkan. Jadi tidak nyaman lagi. Aku malu setiap menyadari bahwa aku tinggal di sini. Di negara ini. Aku malu setiap berpapasan dengan sesama manusia penghuni negara lain. Malu sebagai manusia yang berkebangsaan Indonesia.

KARENA apa? Karena begitu banyaknya penyangkalan terhadap rakyat. Begitu banyaknya kepura-puraan. Begitu tamaknya sekelompok orang atas kekuasaan dan harta. Koalisi, poros penyelamat (kekuasaan), anti-TNI (kayak orang udah bener), demo ngga karuan, kerusuhan tentang agama (pada ngga punya agama sih), Undang-Undang Porno Aksi (bukannya gue menentang!), kultus individu, sogok kiri-sogok kanan, lha wong nyaleg kok abis ratusan juta itu gek nggo apa aja?

SEPERTINYA semuanya asyik berkonspirasi untuk kemakmuran diri sendiri dan kelompoknya. Kasihan rakyat, sesamaku yang harus berjibaku dalam hidup demi kehidupan di hari ini maupun di esok hari. Kita (Indonesia) seperti bangsa hasil rekayasa. OOhhh... kacian deh.

ANDAIKAN mereka menggunakan semua daya upaya untuk kepentingan orang banyak (rakyat) pasti ngga ada iri dan kong kali kong seperti sekarang. Koalisi-koalisi tai kucing. Saat orang-orang (bangsa lain) dengan gaji kecil pun bisa jalan-jalan sampai Indonesia, kita hanya ngendon aja kayak katak di tempurung. Ngga tau mana-mana kecuali liat tipi (buat yang punya).

SEMENTARA bangsat-bangsat yang udah mapan tidak mau sedikit pun membantu mereka yang sengsara. Hidup manusia aneh dan bangsa aneh! Penyelenggara negara ini hanya inginnya untung dan untung terus buat kantongnya dewe-dewe!!!

MAKANYA saya bersorak: Hidup pembajakan! ... Hidup Glodok! ... Gue masih bisa bisa beli DVD murah ude bagus lagi!!! Hidup produk-produk alternatif bikinan produsen indi yang inovatif!!!

Persetan dengan koalisi anak-anak serakah yang ngga tau malu!!!!!!
GUE MALUUUUUUUUUU!!!!!!

Saturday, April 24, 2004

CINTA

DAHULU kala, langit dan laut saling jatuh cinta.
Mereka sama-sama saling menyukai.
Saking sukanya laut terhadap langit, warna laut menjadi sama dengan langit.
Setiap senja datang, si laut dengan lembut sekali
membisikkan "aku cinta padamu" ke telinga langit.
Setiap langit mendengar bisikan penuh cinta itu,
langit tidak menjawab apa-apa, hanya tersipu malu,
wajahnya semburat kemerahan.

SUATU hari datang awan. Begitu melihat kecantikan si langit,
awan seketika itu juga jatuh hati terhadap langit.
Tentu saja langit hanya mencintai laut,
setiap hari hanya melihat laut saja.

AWAN sedih, tapi tak putus asa. Ia mencari cara dan
akhirnya menemukan akal yang licik.
Awan mengembangkan dirinya sebesar mungkin dan
menyusup di antara langit dan laut,
menghalangi pandangan langit dan laut satu sama lain.

LAUT merasa marah karena tidak bisa melihat langit.
Dengan gelombangnya, laut berusaha menyibak
awan yang mengganggu pandangannya.
Tapi, tentu saja tidak berhasil.

LALU datanglah angin yang sejak dulu mengetahui
hubungan laut dan langit. Angin merasa harus membantu mereka menyingkirkan awan yang mengganggu.
Dengan tiupan keras dan kuat, angin meniup awan.
Awan terbagi menjadi banyak sehingga tidak bisa lagi melihat langit dengan jelas, tidak bisa lagi berusaha mengungkapkan perasaannya terhadap langit. Sehingga ketika merasa tersiksa dengan perasaan cinta terhadap langit, awanpun menangis sedih.

HINGGA sekarang, kasih antara langit dan laut tidak terpisahkan. Kamu juga bisa melihat di mana mereka menjalin kasih. Setiap pergi ke pantai, lihatlah. Di mana ada satu garis antara laut dan langit, di situlah mereka sedang berpacaran.

STRES?

SAHABAT, aku sering menjadi merasa menjadi bahan olokan di luar. Karena itulah mungkin di dalam aku selalu ingin menjadi yang paling super atau superior. Mengapa aku sering merasa seperti itu. Mengapa aku tidak bisa menerima apa adanya. Mengapa aku selalu merasa diremehkan, dilecehkan, dan tidak mendapat sebuah penghargaan dari apa yang aku lakukan. Aku sedih, ingin berontak, ingin teriak, ingin jadi nomor satu, tetapi selalu gagal. Sepertinya dunia ini membenciku. Karena itulah aku lebih sering menutup diri dari yang lain. Kejujuranku selalu disalahartikan. Aku benci itu. Aku benci jika orang selalu meremehkan aku.

ADAKAH yang merasa senasib denganku di dunia ini. Aku capai dengan kepura-puraan ini. Aku ingin bebas dari topeng-topeng yang kupakai sendiri. Aku ingin membahagiakan jiwaku yang tertekan selama ini.

HARUS bagaimanakah aku? Seorang pria dengan jiwa yang rapuh di antara bangsat-bangsat sok sehat dan kuat.

SEORANG teman yang rupanya mengetahui hal ini menyebutku berwajah rambo tapi berhati rinto he he... . Aku cukup terhibur karenanya.

UNTUNG aku nggak gila ya. Tapi akhir-akhir ini kepala sering sakit. Sering berkedut sendiri secara tiba-tiba. Terkadang ingin melupakan semuanya. Ya semuanya kecuali orang-orang yang mengasihi dan kukasihi. Egois ya. Benar-benar sebuah pemikiran yang egois.

KASIHAN ya orang seperti aku ini. Ada yang punya masalah yang sama dengan aku?

DAN jika ada yang baca tulisan ini terus ketawa atau ngetawain: GO FUCK YOUR SELF!!!

Friday, April 23, 2004

THE WORLD IS MINE

TODAY, upon a bus, I saw a very beautiful woman.
And wished I were as beautiful.
When suddenly she rose to leave,
I saw her hobble down the aisle.
She had one leg and wore a crutch.
But as she passed, she passed a smile.
Oh, God, forgive me when I whine.
I have two legs; the world is mine.

I stopped to buy some candy.
The lad who sold it had such charm.
I talked with him, he seemed so glad.
If I were late, it'd do no harm.
And as I left, he said to me,
"I thank you, you've been so kind.
It's nice to talk with folks like you.
You see," he said, "I'm blind."
Oh, God, forgive me when I whine.
I have two eyes; the world is mine.

LATER while walking down the street,
I saw a child I knew.
He stood and watched the others play,
but he did not know what to do.
I stopped a moment and then I said,
"Why don't you join them dear?"
He looked ahead without a word.
I forgot, he couldn't hear.
Oh, God, forgive me when I whine.
I have two ears; the world is mine.
With feet to take me where I'd go.
With eyes to see the sunset's glow.
With ears to hear what I'd know.
Oh, God, forgive me when I whine.
I've been blessed indeed, the world is mine.

SUKSES DALAM HIDUP?

At Age 03......Success is.....not peeing in your pants.
At Age 06...Success is...finding your way home (from school)
At Age 12...........Success is.......having friends
At Age 16......Success is........having a driver's license
At Age 20...........Success is.........having sex
At Age 35...........Success is..........having money
At Age 45...........Success is..........having money
At Age 55...........Success is..........having money
At Age 60...........Success is.........having sex
At Age 65........Success is...keeping a driver's license
At Age 70...........Success is.......having friends
At Age 75...Success is...finding your way home (from anywhere)
At Age 80...Success is...not peeing in your pants

Dari Kompas:

Sanggar Ciliwung,
Ruang Kreatif Warga Bukit Duri


SOLIDARITAS itu ternyata masih ada di Jakarta. Sepenggal kisahnya dapat dijumpai di bantaran Kali Ciliwung di Bukit Duri. Di sanalah Sanggar Ciliwung berada. Sebuah sanggar kecil di mana masyarakatnya, mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua, bisa beraktualisasi secara kreatif.

SAAT menyusuri Jembatan Tong Tek menuju sanggar itu dari arah Terminal Kampung Melayu, tampaklah beragam perkakas bekas, seperti lemari, meja, dan kursi kayu, di kanan kiri jembatan. Dari gang kecil di samping Pos Polisi Bukit Duri Sektor Metropolitan Tebet di ujung jembatan tampaklah permukiman padat Bukit Duri yang diapit Kali Ciliwung dan rel kereta api Stasiun Manggarai.

SUASANA gang amat riuh. Anak-anak kecil berlarian sepanjang gang, sementara warga Bukit Duri yang umumnya tinggal di rumah-rumah petak berukuran sempit, Selasa (20/4) siang itu, duduk mengobrol di depan rumah.

KAWASAN itu dulu dikenal sebagai kawasan bromocorah, kawasan "hitam", yang setiap tahun ada saja rumah warga yang hanyut dibawa banjir. Penduduk dengan cepat mengenali orang yang baru pertama bertandang ke sana. "Cari Sanggar Ciliwung ya? Itu di sana, pokoknya rumah kayu di kiri jalan," kata laki-laki yang lengan kanannya bertato.

SANGGAR yang berdiri persis di tepian Kali Ciliwung itu berupa rumah tingkat berpagar kayu. Sanggar berukuran 7 x 8 meter itu sebagian besar menggunakan kayu kamper dengan dinding batu bata yang tidak dilapisi semen. Lantai satu yang merupakan ruangan luas menjadi arena belajar dan bermain anak-anak, sekaligus tempat warga berkumpul. Dari teras belakang tampak derasnya arus Kali Ciliwung.

LANTAI dua menjadi ruang tamu, perpustakaan, ruang kerja, dan dapur. Lantai tiga yang memanfaatkan ruang kecil di atap antara lain menjadi tempat sembahyang para relawan Sanggar Ciliwung dari berbagai kalangan: Islam, Buddha, Kristen, maupun Katolik. Ruang lainnya di lantai yang sama dimanfaatkan untuk menyimpan barang-barang bantuan banjir atau sablonan kaus.
Bangunan Sanggar Ciliwung resmi berdiri pada 13 Agustus 2000, diawali dari cuti sabatikal mantan Direktur Institut Sosial Sandyawan Sumardi SJ tahun 1999 ketika kejenuhan mulai mengimpitnya. Ia memilih "menyepi", merefleksikan aksinya, dan mendalami spiritualitas dengan mengontrak rumah yang nyaris roboh, di gang yang dikenalnya saat membantu korban banjir.
Karena Sandyawan sangat menyukai anak-anak—bahkan anak-anak di gang tersebut ada yang pernah ikut di institut sosialnya—rumah kontrakannya segera dipenuhi tawa canda anak-anak. "Mereka datang sendiri," kata Sandyawan.

BEGITU ada aktivitas, rumah kontrakan yang dapurnya hanyut saat banjir itu pun dibeli Sandyawan dari honor berceramah dan menulis kata pengantar buku. Ketika seorang teman berniat membantu pembangunan rumah, Sandyawan berkonsultasi dengan warga sekitar. Dengan persetujuan warga, rumah itu lalu menjadi arena berkumpul anak-anak dan remaja Bukit Duri. De facto, inilah ruang publik terbesar di kawasan itu.

PROGRAM-program pendidikan pun mulai disusun untuk anak-anak warga Bukit Duri. Setiap hari, seusai pulang sekolah—dari Senin hingga Minggu—anak-anak diajar menggambar, matematika, sastra, bahasa Inggris, olah vokal, seni kriya, menulis buku harian, bermain musik, membaca dan mendongeng, juga bermain teater.

PENDAMPING tetap di sanggar ada 12 orang, separuh di antaranya adalah anak-anak warga di sana. Yanti (22), salah seorang pendamping, bahkan sudah "ikut" Sandyawan sejak umur 12 tahun. Pendamping tidak hanya mengurus anak-anak, tetapi juga membantu para dokter yang datang setiap hari Rabu dan Jumat di sanggar tersebut. Setiap Rabu dr Budi memberikan pelayanan gratis akupunktur bagi warga, sedangkan hari Jumat giliran dokter umum yang "praktik" di sana.

SANGGAR Ciliwung benar-benar menjadi rumah terbuka, menjadi tempat warga berkumpul mendiskusikan persoalan hidup mereka, bahkan menjadi posko banjir dan kebakaran. Solidaritas warga pun makin mengental. Saat banjir tahun 2002 menghanyutkan 46 rumah di kawasan itu, warga bahu-membahu membangunnya kembali.
"Dengan bantuan teman-teman, saya bisa kumpulkan bahan material untuk membangun 14 rumah. Warga sekitar bersedia bergotong-royong membangun. Bahkan, seorang ibu, koordinator koperasi di sini yang akan mendapat bantuan, justru menolak. Dia bilang, bantuan dikumpulkan saja supaya bisa didistribusikan dengan benar. Rumahnya sudah hanyut tenggelam, namun ibu itu masih memikirkan orang lain," kata Sandyawan.
Atas bantuan arsitek-arsitek muda, mushala pun turut diperbaiki dan menjadi cantik di tengah "kumuhnya" perkampungan. Tiga sarana mandi cuci kakus (MCK) besar dengan masing-masing empat kamar mandi juga diwujudkan dengan saling bekerja sama.
Ibu-ibu pun tidak mau kalah. Sejak Ibu Safril—pendiri koperasi di Malang yang memiliki 8.000 anggota—datang dan berbicara tentang pentingnya koperasi, mereka tergerak membentuk Koperasi Tanggung Renteng di Bukit Duri yang sampai saat ini sudah ada sembilan kelompok. Koperasi simpan pinjam yang kini beromzet Rp 16 juta itu sangat membantu kehidupan warga yang umumnya bekerja di sektor informal.
Tak hanya mengelola koperasi, ibu-ibu pun mengelola beasiswa untuk 150 anak warga Bukit Duri. Beasiswa itu diperoleh dari donasi yang diterima Sandyawan. Setiap bulan, masing-masing anak mendapatkan biaya sekolah sebesar Rp 50.000-Rp 70.000. "Ibu-ibu itu sangat teliti karena itu untuk kepentingan anak-anak mereka," ujar Sandyawan.

BUKIT Duri yang semula dikenal sebagai daerah preman, daerah laki-laki bertato dan sangar, perlahan mulai pupus. Remaja-remaja bertato itu kini rajin menyablon. Home industry sablon atau membuat kertas daur ulang mulai terlihat di beberapa rumah.
"Mereka yang bertato itu dulu minder. Tetapi, setelah saya libatkan menjadi relawan untuk membantu musibah longsor di Sukabumi dan mengurusi warga Madura yang mengungsi saat kerusuhan Sampit, mereka kini menjadi lebih percaya diri daripada remaja karang taruna," kata Sandyawan.
Dengan membantu orang lain, ternyata harga diri mereka tumbuh. Mereka merasa berguna dan memiliki arti hidup karena dapat berbuat sesuatu untuk sesamanya. Kalau saja sanggar-sanggar yang "menggarap" masyarakat basis seperti ini muncul di wilayah lain di Indonesia, alangkah tenteram dan sejahteranya warga. Apalagi, kuncinya sederhana: memanusiakan manusia.
(ELOK DYAH MESSWATI)

NERAKA DI INDONESIA

SEORANG warga negara Indonesia meninggal. Karena dosanya bejibun, dia dikirim ke neraka. Dia mendapatkan kenyataan bahwa ada bermacam-macam neraka yang diberi
nama sesuai dengan nama negara yang ada di dunia. Tapi, si Indonesia sialan penuh dosa itu boleh memilih neraka mana yang dia sukai untuk menjalani azab.

PERTAMA dia datang ke neraka orang Jerman dan bertanya, "Kalian ngapain aja di sini?"
Ada orang di situ yang menjawab, "Pertama-tama, kita didudukkan di kursi listrik selama satu jam. Lalu, kemudian ada yang membaringkan kita di atas ranjang paku selama satu jam lagi. Setelah itu, setan Jerman
muncul dan memecut kita sepanjang sisa hari."
Karena kedengarannya agak berat, orang Indonesia itu pergi ke neraka yang lain. Dia coba melihat-lihat bagaimana keadaan di neraka Amerika Serikat, Inggris, Hong Kong, Singapura, dan neraka Rusia. Hampir semua
neraka dia datangi dan dia berkesimpulan bahwa semua neraka itu kurang-lebih sama saja dengan neraka Jerman.

AKHIRNYA ia tiba di neraka Indonesia dan melihat antrean orang panjaaaaaaang sekali. Anehnya, orang yang antre itu terdiri dari berbagai bangsa: Amerika, Hongaria, Yahudi, Cina, India, Turki, Iran, Arab, dan Afrika. Mereka menunggu giliran untuk masuk dengan sabar. Si Indonesia tadi heran dan bertanya, "Apa yang dilakukan di sini?"

SESEORANG dalam antrean dengan wajah berseri-seri menjawab, "Pertama-tama, ada yang mendudukkan kita di atas kursi listrik selama satu jam. Lalu, ada yang membaringkan kita di atas ranjang paku selama satu jam lagi. Sesudah itu setan Indonesia pun muncul. Dia
ditugasi memecut kita selama sisa hari."
"Lha, persis sama dengan neraka-neraka yang lain. Kenapa kalian begitu bodohnya, antre begitu lama untuk masuk? Ke neraka yang lain saja kan tak perlu antre?!"

"DI SINI," kata orang di dalam antrean tadi,
"pemeliharaan begitu buruknya. Kursi listriknya nggak ada stroom karena sudah rusak dan nggak diperbaiki. Paku-paku di ranjang tempat kita dibaringkan sudah pada hilang dicuri orang. Setannya adalah mantan pegawai negeri. Jadi, mereka cuma datang, tanda tangan
absen, pegang-pegang pecut, lalu pergi ke kantin ngobrol dan ngerokok di situ."

Begitu parahkah Indonesia?

Indonesian Idol-AFI-Fenomena?

TULISAN ini sedang dalam pengerjaan. Harap sabar. Jika anda mempunyai gagasan, tuangkan saya pada comment di bawah. Nanti kita gabung bersama.

DRAFT, peserta masuk, tes (nyanyi, apa kek segala macem), digojlak-gojlok kiri kanan, ada yang minta kesempatan lagi, jatuh, gulung-gulung, sujud, keluar, nangis pelukan, teriak gembira, yesss, ok, she's rock, apalah, pokoknya segala macam ungkap emosi.

PENONTON tarik napas, deg-degan, merinding, mata menyipit, ada yang cemooh, sinis, ikutan nangis, ngga peduli, sebodo teing, ngutukin juri yang sok, padahal mereka ngga tau juga.

BANYAK emosi yang terlibat dalam perjuangan mereka memperoleh ketenaran, perubahan dalam hidup, fast track, jalur singkat, instant ngga instant sama saja. Doa, permohonan, usaha, kursus, ikutin mode, gaya baru, hidup sehat, wuih ideal banget, asik, serbaneka. Begitu banyak pengorbanan.

Bersambung...

Thursday, April 22, 2004

Sebuah awal adalah akhir dari cerita yang lama. Kita dapat memulai sesuatu yang baru darinya....
Berdasarkan sesuatu yang lama, kita juga dapat memperkirakan sesuatu yang baru. Dengan melihat yang lama, kita juga terkadang mendapat sebuah ide baru. Untuk itu, sesuatu dari dunia lama kita jangan dibuang begitu saja.

PASTEL

AKU berjalan dengan kepala tertunduk, tidak gagah lagi, ketika berpapasan dengan seorang ibu yang menenteng dua keranjang berisikan pastel. Sambil berjalan, ibu itu menawarkan dagangannya, pastel ... pastel. Sekilas, dari raut wajah dan tatapan mata, ada sebuah perjuangan di sana. Sebuah usaha untuk survive, untuk bertahan di kerasnya kehidupan. Ada sebentuk penghargaan akan hidup yang terbaca lewat urat-urat di tangannya. Ada teriakan melawan keterpurukan dari getar suaranya saat menawarkan dagangan.

SAAT berpapasan, aku menunduk. Jalanku tidak lagi gagah. Tatapanku tidak lagi ke depan. Aku seperti orang yang kalah. Pikiranku melayang, membayangkan betapa keras perjuangan yang mereka jalani. Demi semua agar tetap berada pada jalurnya. Banyak orang seperti ibu itu dan betapa hancur hatiku saat menyentuh itu semua.

TAUKAH teman, saat menuliskan semua ini, pandanganku berubah. Tiba-tiba ada sebuah kekuatan baru yang mengaliri diriku. Aku jadi sadar bahwa semua orang punya beban masing-masing. Aku juga menjadi bangga berada di tengah pejuang seperti mereka. Semua yang berjuang untuk sebuah perbaikan agar semua berada pada jalurnya. Agar semua tercerahkan. Agar semua beroleh berkat. Kini aku berjalan dengan gagah lagi. Ada semangat baru dalam kegelisahan hidupku. Terus dan terus ... mencari.

* About Dog

HANYA seorang yang terus belajar dalam hidup dan kehidupan tentang hidup dan kehidupan itu sendiri. Memikirkan dan terus mencoba berkreasi dengan cipta dan rasa dalam bungkus kata terhadap makna. Sebelum makna itu sendiri lari meninggalkan kata. Kata jadi Hampa dan tak berguna. Sekadar coba mewujudkan hidup yang lebih utuh dalam dunia kita.

KUMPULAN perenungan ini adalah hasil rangkuman dari apa yang pernah terbaca dan yang telah tertulis sebelumnya oleh para "sahabat" yang membakt

mail : aku_temanmu@hotmail.com
ym : gadjah_gondrong@yahoo.com

* Dog Archieves

Thursday, April 15, 2004 Friday, April 16, 2004 Saturday, April 17, 2004 Monday, April 19, 2004 Tuesday, April 20, 2004 Thursday, April 22, 2004 Friday, April 23, 2004 Saturday, April 24, 2004 Saturday, May 01, 2004 Monday, May 03, 2004 Wednesday, May 05, 2004 Wednesday, May 12, 2004


* Dog Search
Site search Web search

powered by FreeFind

* Dog Fellaz

Smarapradhipa
Cintya
Gorillaz
Tamara
Shinta


* Dog Fave links

Hotmail
Mail2web
Yahoo
Google
Kompas


* Dog Tag
Name

URL or Email

Messages(smilies)


* Dog Thx To

- blogger
- blogskins.com
- serendipityq.com


Putmedown Now!
Apakah kita semua cenderung egois dalam hidup ini?

Ya
Mungkin
Tidak
Tidak tahu

Jika benar kita cenderung egois dalam hidup, apakah kita harus memperbaikinya?

Ya
Mungkin
Tidak
Tidak tahu