Saturday, April 24, 2004
DAHULU kala, langit dan laut saling jatuh cinta.
Mereka sama-sama saling menyukai.
Saking sukanya laut terhadap langit, warna laut menjadi sama dengan langit.
Setiap senja datang, si laut dengan lembut sekali
membisikkan "aku cinta padamu" ke telinga langit.
Setiap langit mendengar bisikan penuh cinta itu,
langit tidak menjawab apa-apa, hanya tersipu malu,
wajahnya semburat kemerahan.
SUATU hari datang awan. Begitu melihat kecantikan si langit,
awan seketika itu juga jatuh hati terhadap langit.
Tentu saja langit hanya mencintai laut,
setiap hari hanya melihat laut saja.
AWAN sedih, tapi tak putus asa. Ia mencari cara dan
akhirnya menemukan akal yang licik.
Awan mengembangkan dirinya sebesar mungkin dan
menyusup di antara langit dan laut,
menghalangi pandangan langit dan laut satu sama lain.
LAUT merasa marah karena tidak bisa melihat langit.
Dengan gelombangnya, laut berusaha menyibak
awan yang mengganggu pandangannya.
Tapi, tentu saja tidak berhasil.
LALU datanglah angin yang sejak dulu mengetahui
hubungan laut dan langit. Angin merasa harus membantu mereka menyingkirkan awan yang mengganggu.
Dengan tiupan keras dan kuat, angin meniup awan.
Awan terbagi menjadi banyak sehingga tidak bisa lagi melihat langit dengan jelas, tidak bisa lagi berusaha mengungkapkan perasaannya terhadap langit. Sehingga ketika merasa tersiksa dengan perasaan cinta terhadap langit, awanpun menangis sedih.
HINGGA sekarang, kasih antara langit dan laut tidak terpisahkan. Kamu juga bisa melihat di mana mereka menjalin kasih. Setiap pergi ke pantai, lihatlah. Di mana ada satu garis antara laut dan langit, di situlah mereka sedang berpacaran.
SAHABAT, aku sering menjadi merasa menjadi bahan olokan di luar. Karena itulah mungkin di dalam aku selalu ingin menjadi yang paling super atau superior. Mengapa aku sering merasa seperti itu. Mengapa aku tidak bisa menerima apa adanya. Mengapa aku selalu merasa diremehkan, dilecehkan, dan tidak mendapat sebuah penghargaan dari apa yang aku lakukan. Aku sedih, ingin berontak, ingin teriak, ingin jadi nomor satu, tetapi selalu gagal. Sepertinya dunia ini membenciku. Karena itulah aku lebih sering menutup diri dari yang lain. Kejujuranku selalu disalahartikan. Aku benci itu. Aku benci jika orang selalu meremehkan aku.
ADAKAH yang merasa senasib denganku di dunia ini. Aku capai dengan kepura-puraan ini. Aku ingin bebas dari topeng-topeng yang kupakai sendiri. Aku ingin membahagiakan jiwaku yang tertekan selama ini.
HARUS bagaimanakah aku? Seorang pria dengan jiwa yang rapuh di antara bangsat-bangsat sok sehat dan kuat.
SEORANG teman yang rupanya mengetahui hal ini menyebutku berwajah rambo tapi berhati rinto he he... . Aku cukup terhibur karenanya.
UNTUNG aku nggak gila ya. Tapi akhir-akhir ini kepala sering sakit. Sering berkedut sendiri secara tiba-tiba. Terkadang ingin melupakan semuanya. Ya semuanya kecuali orang-orang yang mengasihi dan kukasihi. Egois ya. Benar-benar sebuah pemikiran yang egois.
KASIHAN ya orang seperti aku ini. Ada yang punya masalah yang sama dengan aku?
DAN jika ada yang baca tulisan ini terus ketawa atau ngetawain: GO FUCK YOUR SELF!!!